Untuk kesehaatan yang optimal, para ahli gizi menganjurkan agar kita mengkonsumsi makanan yang beragam dengan beraneka warna, sesuai dengan ungkapan “let’s paint your plate with color”. Ungkapan ini dapat diterjemahkan sebagai “makanlah sepiring hidangan yang berwarna-warni”. Konsumsi makanan dengan berbagai warna bertujuan agar semua kebutuhan zat gizi tubuh (zat gizi makro dan zat gizi mikro) dapat tercukupi dengan optimal.
Paling sedikit ada lima kelompok bahan pangan berwarna yang dianjurkan oleh National Cancer Institute untuk dikonsumsi setiap hari yaitu merah, kuning, hijau, putih, ungu atau biru. Setiap warna menunjukkan kandungan senyawa fitokimia tertentu yang berkhasiat untuk mencegah timbulnya berbagai penyakit. Selain itu, kadangkala warna juga menunjukkan atau menandakan rasa suatu bahan pangan. Bila warna suatu bahan pangan menyimpang dari warna yang umumnya berlaku, maka bahan tersebut dipastikan tidak akan dipilih oleh konsumen, meskipun sesungguhnya bahan pangan tersebut masih baik kondisinya. Dengan mengkonsumsi buah dan sayuran dari tiap kelompok warna, kita akan mendapat manfaat dari rangkaian unik fitokimia, vitamin, mineral, serta serat pangan yang terdapat dalam setiap kelompok warna tersebut.
Warna pada bahan pangan berasal dari pigmen, suatu senyawa fitokimia yang terdapat pada berbagai tumbuhan dan bekerja secara alami dengan metode yang tidak dapat ditiru oleh suplemen pangan. Pigmen yang terdapat dalam bahan pangan akan menentukan warna dari bahan pangan itu sendiri. Pigmen yang paling kuat akan memberikan warna dominan pada suatu bahan pangan. Perbedaan warna yang dihasilkan oleh pigmen disebabkan oleh kemampuan ikatan kimia pigmen untuk menyeleksi gelombang cahaya yang harus diserap dan yang harus dipantulkan. Apabila pigmen disinari oleh cahaya putih, akan memberikan sensasi warna tertentu yang mampu ditangkap oleh mata.
Selain memberikan cita rasa dan aroma, serta warna yang khas, senyawa fitokimia memiliki khasiat dan kemampuan untuk melindungi manusia dari berbagai penyakit seperti antikanker, antimikroba, antioksidan, antitrombotik, meningkatkan sistem kekebalan, antiinflamasi, mengatur tekanan darah, menurunkan kolesterol, mencegah penyakit jantung, mencegah terjadinya gangguan penglihatan, serta mengatur kadar gula darah.
Dalam arti luas, fitokimia adalah cabang ilmu yang mempelajari tentang senyawa organik yang terbentuk dan ditimbun oleh tumbuhan, yaitu mencakup struktur kimia, biosintesis, perubahan serta metabolisme, penyebaran secara alamiah, dan fungsi biologis. Komponen fitokimia bukanlah zat gizi, karena tanpa kehadirannya asalkan kita tetap mengkonsumsi pangan bergizi maka tubuh akan mampu melakukan metabolisme secara normal. Namun, dengan adanya senyawa fitokimia di dalam tubuh akan sangat membantu tubuh menjadi lebih sehat, lebih kuat, dan lebih bugar.

Tabel 1

Tabel 2

Tabel 3

Likopen merupakan pigmen utama pemberi warna merah pada beberapa buah-buahan seperti tomat, stroberi, jambu merah, bit, dan semangka. Likopen tahan terhadap proses pemasakan dan tidak cepat rusak. Likopen tidak hanya penting sebagai pigmen karotenoid pemberi warna merah, tetapi juga sangat bermanfaat bagi kesehatan seperti antikanker, antioksidan, mengatasi diabetes, mencegah osteoporosis, dan meningkatkan kualitas seksual.
Likopen pada prinsipnya merupakan pigmen yang berwarna merah kekuningan. Salah satu buah-buahan yang kaya akan likopen adalah buah tomat yakni sekitar 56,6 hingga 82 persen dari total karotenoidnya. Dr. Ida Gunawan, MS dari FK UI menyarankan agar kita mengkonsumsi tomat sebanyak 400 hingga 600 gram per harinya. Selain tomat, semangka dan jambu biji juga merupakan buah yang kaya akan likopen yaitu sekitar 4100 mikrogram per 100 gram daging buah semangka dan 5200 mikrogram per 100 gram untuk jambu biji. Selain pada buah-buahan, likopen juga banyak terdapat pada sayuran ataupun daging yang berwarna merah kekuningan seperti wortel, kerang-kerangan, lobster, dan ikan salmon.
Likopen dapat bersinergi dengan vitamin C dan beta karoten untuk melawan berbagai jenis kanker. Likopen telah teruji secara ilmiah dalam berbagai penelitian memiliki kemampuan sebagai antikanker terutama kanker prostat, kanker esophagus pada laki-laki, kanker tulang tengkuk, kanker lambung. Kanker leukemia, kanker kolon, dan kanker rahim.
Selain bersinergi dengan vitamin C, likopen juga dapat bersinergi dengan beta-karoten (provitamin A) sehingga secara bersama-sama dapat berperan sebagai antioksidan sehingga mampu melawan radikal bebas akibat polusi dan radiasi sinar ultra violet (UV). Kemampuan likopen sebagai antioksidan dua kali lebih kuat kan beta-karoten dan sepuluh kali lipat lebih kuat vitamin E. dengan demikian, reaksi likopen sebagai antioksidan di dalam tubuh lebih baik dibanding vitamin A, vitamin C, dan vitamin E. likopen juga mempunyai kemampuan untuk mencegah oksidasi LDL (low Density Lipoprotein) atau lebih dikenal dengan kolesterol jahat.
Selain likopen, kelompok terpenoid lainnya yang berfungsi sebagai pigmen warna jingga yang juga sangat penting adalah alfa-karoten. Jika dibandingkan dengan beta-karoten, kandungan alfa-karoten di dalam bahan pangan memang termasuk sedikit, namun khasiat dan manfaat alfa-karoten tidak kalah dengan beta-karoten. Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli, diketahui bahwa alfa-karoten dapat menghambat gen N-myc (gen yang berperan dalam pembentukan dan pertumbuhan sel kanker) sepuluh kali lebih kuat dibanding beta-karoten. Kemampuan Alfa-karoten sebagai antioksidan yang mampu mencegah pertumbuhan tumor bersinergi dengan beta-karoten.
Alfa-karoten juga mempunyai aktivitas vitamin A, dimana 53 persen dari alfa-karoten dapat dirubah menjadi vitamin A. bila tubuh ikekurangan vitamin A, alfa-karoten tersebut dapat segera diubah menjadi vitamin A. selain itu, alfa-karoten juga dapat digunakan untuk mengurangi resiko terkena serangan jantung dan stroke pada usia lanjut. Hal ini disebabkan karena kemampuan karotenoid dalam mencegah oksidasi lemak sehingga dapat mengurangi resiko terjadinya penyumbatan pembuluh darah.
Penyerapan alfa-karoten di dalam tubuh dapat ditingkatkan dengan proses pengolahan. Hal ini disebabkan karena dengan proses pengolahan, alfa-karoten akan terlepas dari ikatannya dengan matriks bahan pangan, seperti komponen serat. Alfa-karoten bebas akan lebih mudah dicerna oleh tubuh dibandingkan alfa-karoten yang terkurung dalam matrik-matriks bahan pangan. Selain itu, proses pemasakan juga akan mengubah komponen trans pada alfa-karoten menjadi komponen cis, sehingga menjadi lebih mudah diserap oleh tubuh. Namun, proses pengolahan yang terbaik agar alfa-karoten tidak mudah rusak dan mudah diserap oleh tubuh adalah dengan menggunakan suhu tinggi dan dengan waktu pengolahan yang singkat, seperti perebusan dengan waktu yang singkat ataupun pemasakan dengan menggunakan microwave.
Selain likopen dan alfa-karoten, kelompok terpenoid lainnya yang menyebabkan warna kuning pada berbagai bahan pangan adalah pigmen lutein dan zeaxanthin. Contoh bahan pangan yang kaya akan pigmen ini adalah jagung. Selain bahan pangan yang berwarna kuning, pigmen Lutein dan zeaxanthin juga terdapat pada sayur-sayuran hijau. Kandungan pigmen tersebut lah yang menyebabkan sayur-sayuran akan berubah warna dari hijau menjadi kuning ketika terjadi proses penuaan. Pada proses penuaan tersebut, pigmen hijau klorofil mengalami degradasi, sehingga pigmen yang lain seperti lutein dan zeaxanthin menjadi lebih mudah terlihat.
Lutein dan zeaxanthin bersifat mudah larut dalam lemak, sehingga proses pemasakan menggunakan minyak atau lemak akan mempermudah penyerapannya. Namun, lutein dan zeaxanthin juga lebih mudah larut di dalam air dibandingkan beta-karoten. Bahan pangan yang kaya akan lutein dan zeaxanthin sebaiknya dikonsumsi setelah dimasak, karena proses pemasakan dapat meningkatkan penyerapan lutein dan zeaxanthin di dalam tubuh. Proses pemasakannya sebaiknya menggunakan suhu rendah hingga sedang dan tidak dilakukan dengan menggunakan suhu yang sangat tinggi dengan waktu yang lama, karena hal ini dapat menyebabkan komponen lutein dan zeaxanthin akan menjadi rusak.
Lutein dan zeaxanthin tidak memiliki aktivitas sebagai vitamin A, namun pigmen ini juga baik untuk kesehatan mata. Mengkonsumsi bahan pangan yang kaya akan kedua pigmen tersebut akan meningkatkan kedua pigmen tersebut di dalam retina mata kita, sehingga dapat membantu melindungi mata dari kerusakan dengan cara memfilter sinar biru terutama pada bayi dan anak-anak. Untuk melindungi retina mata dari kerusakan tersebut dilakukan dengan cara menyerap cahaya biru yang dapat berasal dari pancaran sinar matahari, layar televisi, ataupun komputer sebesar 20 persen hingga 90 persen.
Tubuh kita tidak dapat mensintesis sendiri lutein dan zeaxanthin yang dibutuhkan oleh tubuh. Oleh karena itu, konsumsi pangan yang kaya akan pigmen ini mutlak perlu dilakukan dalam pola makan sehari-hari. Selain untuk kesehatan mata, beberapa penelitian menunjukkan bahwa pigmen ini juga dapat memperlambat proses penuaan hingga 40 persen, dapat mengurangi resiko penyakit kanker dan tumor, serta dapat berfungsi sebagai antioksidan.
Pigmen lainnya dalam kelompok karotenoid pada terpenoid adalah Astaxanthin. Astaxanthin merupakan Pigmen yang memberikan warna merah kejinggaan pada beberapa produk perikanan, seperti salmon, udang, dan lobster. Astaxanthin sangat bermanfaat untuk mencegah kanker dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Meskipun Astaxanthin tidak memiliki aktivitas sebagai provitamin A, namun komponen ini secara nyata dapat melindungi mata dari bahaya oksidasi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh To dan Lam (1996) dijelaskan bahwa astaxanthin mampu berfungsi sebagai antioksidan bagi otak, sehingga dapat mencegah timbulnya berbagai penyakit yang berhubungan dengan otak, seperti Alzheimer.
Selain komponen karotenoid, pada terpenoid terdapat juga komponen yang tergolong dalam non-karotenoid. Komponen-komponen terpenoid yang termasuk ke dalam golongan non-karotenoid antara lain perillyl alcohol, saponin, terpenol, dan terpene limonoid. Komponen Perillyl alcohol banyak terdapat pada buah ceri dan mint. Menurut berbagai penelitian yang telah dilakukan, komponen perillyl alcohol ini bersifat dapat mencegah, memperlambat, atau mempercepat kematian sel kanker di dalam tubuh. Sedangkan saponin memiliki kemampuan untuk mereduksi kolesterol dan melawan kanker kolon. Komponen ini banyak terdapat pada kacang-kacangan. Terpenol merupakan komponen yang mampu memberikan citarasa khusus pada wortel dan dapat mengurangi sel kanker di dalam tubuh. Sedangkan Terpene Limonoid terutama banyak terdapat pada kulit dan membran buah jeruk. Terpene Limonoid banyak terdapat pada jeruk seperti jeruk orange, jeruk lemon, dan juga jeruk nipis. Komponen ini juga dapat mengurangi sel kanker di dalam tubuh.

Referensi
Anonym. 2006. Lutein dan Zaeaxanthin”. http://www.nal.usda.gov
Astawan, M dan Kasih, AL. 2008. Khasiat Warna-warni Makanan. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Best, Ben. Phytochemicals as Nutraceuticals. http://www.benbest.com/nutrceut/phytochemicals.html#pectin
Clinton, SK. 1998. “Lycopene : Chemistry, biology, and implications for human health and disease”. Nutrition Rev. (56) : 35 – 53.
Khomsan, A. 2004. “Pangan dan Gizi Untuk Kesehatan”. PT. Rajagrafindo Persada. Jakarta.
Muchtadi, D. 2000. Sayur-sayuran Sumber Serat dan Antioksidan : mencegah Penyakit Degeneratif”. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi. Fateta, IPB. Bogor.

(Wiwit Amrinola, STP., M.Si)