Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan keanekaragaman hayatinya, terutama untuk jenis tumbuh-tumbuhan. Banyak jenis tumbuhan atau tanaman asal Indonesia yang kaya akan sumber karbohidrat atau jenis zat gizi lainnya, yang sangat berperan penting terhadap kesehatan, namun selain sebagai komponen zat gizi yang berfungsi untuk kebutuhan pangan, banyak juga fungsi lain yang juga dapat dihasilkan oleh berbagai jenis tanaman misalnya saja komponen bioaktif sebagai anti kanker yang dapat diproduksi oleh tanaman tersebut sehingga bermanfaat untuk kesehatan.
Salah satu jenis tanaman yang mempunyai efek yang menguntungkan tersebut adalah Talas. Tanaman talas adalah jenis tamanan yang cukup digemari oleh masyarakat bukan hanya masyarakat pada suatu daerah tertentu, tetapi masyarakat kotapun sangat menyukai sumber karbohidrat yang satu ini, Talas tidak hanya dikonsumsi masyarakat tertentu saja, tetapi di Hawai Amerika Serikat talas dijadikan sebagai bahan dasar untuk makan, namun selama ini pemanfaatan talas belum lah maksimal untuk kajian bidang pangan dan non-pangan, serta keunggulannya masih belum banyak dieksplorasi.
Selama ini pemanfaatan talas hanya dimanfaatkan sebagai produk intermediate seperti pati, tepung, chips, dan lain sejenisnya. Akan tetapi karena keterbatasan pengetahuan dan kurangnya upaya untuk eksplorasi maka talas hanya dimanfaatkan sebagai bahan pangan yang diolah secara tradisional oleh masyarakat, misalnya melalui pembuatan stick talas di daerah Bogor, atau bahkan hanya diolah melalui perebusan yang ditambahkan garam sebagai pemberi cita rasa, atau digoreng.
Pada hakekatnya talas sangat berpotensi untuk dikembangkan menjadi produk dengan nilai jual yang tinggi, baik untuk produk pangan modern atau bahkan untuk produk non-pangan. Berdasarkan catatan hasil penelitian, konversi umbi segar talas menjadi bentuk tepung yang siap pakai terutama untuk produksi makanan olahan disamping mendorong munculnya produk-produk yang lebih beragam, juga dapat mendorong berkembangnya industri berbahan dasar tepung atau pati talas sehingga dapat meningkatkan nilai jual komoditas talas.
Talas atau yang dikenal dengan nama Latin Colocasia esculenta L. Schoott. Memiliki umbi berbentuk silinder sampai agak membulat. Talas dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan yang diarahkan untuk menunjang ketahanan pangan nasional melalui proses diversifikasi pangan, disamping peluangnya sebagai bahan baku industri yang menggunakan pati sebagai bahan dasarnya. Talas juga dapat dijadikan tepung. Dimana penepungan talas diharapkan dapat menghindari kerugian akibat tidak terserapnya umbi segar talas di pasar ketika produksi panen berlebih.
Talas memiliki komposisi pati, pada umumnya terdiri dari amilopektin sebagai bagian terbesar dan sisanya amilosa. Pada dasarnya talas merupakan salah satu jenis tanaman khas daerah di Indonesia yang memiliki komposisi pati yang diharapkan dapat menjadi data pendukung dalam menentukan jenis produk yang akan dibuat dari pati atau tepung talas. Penelitian pada 71 sampel umbi talas yang diambil dari negara Fiji, Samoa Barat dan Kepualauan Solomon, diperoleh kadar pati rata-rata sebesar 24,5% dan serat sebesar 1,46%. Pati yang dihasilkan oleh talas dapat digunakan untuk menghasilkan beberapa produk diantaranya pada industri makanan, tekstil, kosmetika dan lain-lain.
Namun tidak hanya berpotensi sebagai bahan pangan untuk makanan saja, talas juga sangat berpotensi untuk produk non-pangan, berdasarkan beberapa hasil penelitian, talas dapat dimanfaatkan untuk bahan baku pembuatan kemasan bio-plastic, yang merupakan pengemas pangan yang ramah lingkungan. Pembuatan kemasan plastik dapat dilakukan melalui serangkaian proses, dimana talas mampu menghasilkan glukosa yang dapat digunakan sebagai bahan baku produksi asam polilaktat melewati tahapan fermentasi oleh mikroba penghasil asam laktat dan proses esterifikasi serta polimerisasi dengan bantuan enzim. Potensi tersebut dapat digunakan sebagai peluang untuk memberikan nilai tambah pada talas dengan membuatnya sebagai kemasan bio-plastic.
Isu pemanasan global menjadikan masyarakat semakin sadar tentang pentingnya pengembangan kemasan plastik ramah lingkungan. Salah satu bentuk kepedulian tersebut ialah dengan mengurangi jumlah pemakaian plastik sintetis. Pada dasarnya kita telah mengetahui bahwa plastik sintetis memang memiliki berbagai keunggulan seperti mempunyai sifat mekanik dan barrier yang baik, harganya yang murah, dan kemudahannya dalam proses pembuatan serta aplikasinya. Namun, plastik sintetik mempunyai kestabilan fisiko-kimia yang sangat kuat sehingga plastik sangat sukar terdegradasi secara alami dan menimbulkan masalah dalam penanganan limbahnya. Selain itu, kemasan pangan dari plastik sintetis berpotensi mengalami migrasi polimer ke dalam bahan pangan, sehingga berakibat buruk bagi kesehatan. Salah satu dampaknya adalah plastik sintesis dapat memicu terjadinya kanker, gangguan syaraf, gangguan menstruasi bagi wanita, keterbelakangan mental dan efek negatif lainnya, sehingga dari sinilah kita harus mengembangkan pemanfaatan talas sebagai bahan pembuat bio-plastic ramah lingkungan, dan kita harus menyadari bahwa begitu banyak potensi daerah kita yang masih banyak terabaikan, maka dari itu, mari kita kembangkan potensi daerah kita untuk kesejahteraan dan kemajuan kita bersama. (Dede Saputra, S.Psi., M.Si.)