Pati merupakan bagian makanan utama yang terdapat dalam tanaman dan menyediakan 70-80% kalori yang dikonsumsi oleh manusia. Pati dan produk hidrolisisnya merupakan karbohidrat yang dapat dicerna yang tersedia dalam makanan. Sumber utama pati adalah berasal dari biji-bijian seperti jagung, gandum dan beras, serta umbi-umbian seperti kentang dan singkong (Betancur et al., 2001).
Pati dan produk turunannya banyak digunakan di berbagai jenis industry baik di industry pangan maupun industry non pangan. Di dalam industri non pangan, pati banyak digunakan dalam industry logam, tekstil, kosmetik dan farmasi, kertas,konstruksi dan pertambangan (Satin Morton, 2000) Pada industry tekstil, pati digunakan sebagai bahan perekat. Selain itu, pati juga dapat digunakan sebagai bahan yang mengurangi kerutan pada pakaian. Pada sektor kimia, pati dan turunannya banyak diaplikasikan pada pembuatan plastik biodegradable, surfaktan, poliurethan, resin, senyawa kimia dan obat-obatan. Pada sektor lainnya, pati dan turunannya dimanfaatkan sebagai bahan detergent yang bersifat non toksik dan aman bagi kulit, pengikat, pelarut, biopestisida, pelumas, pewarna dan flavor.
Dalam industry pangan, pati banyak digunakan sebagai pengental, penstabil koloid, pembentuk gel, perekat dan agen penahan air (Evans & Haisman, 1997; Godfrey dan West, 1996; Lii et al., 1996). Khusus untuk industri makanan, pati sangat penting untuk pembuatan makanan bayi, kue, pudding, bahan pengental susu, permen jelly, dan pembuatan dekstrin. Properties yang sangat menentukan aplikasi pati di industry adalah sifat fisikokimia dan fungsionalnya. Sedangkan karakteristik utama pati native dari berbagai sumber pati yang memepengaruhi sifat fisikokimia dan fungsional adalah ukuran granula dan struktur molekulnya.
Dalam industry dikenal dua jenis pati, yaitu pati alami dan pati modifikasi. Pati alami seperti tapioca, maizena, pati kentang memiliki keterbatasan dalam aplikasi di industry, seperti tidak tahan panas, tidak tahan perlakuan asam, tidak tahan terhadap perlakuan mekanis dan beberapa jenis kendala lainnya. Kendala-kendala tersebut membuat aplikasi pati alami terbatas penggunaannya dalam industry. Untuk itu Modifikasi terhadap sifat dan properties pati dapat dilakukan dilakukan. Modifikasi disini dimaksudkan sebagai perubahan struktur molekul untuk mendapatkan properties yang sesuai dengan kebutuhan di industry baik industry pangan maupun non pangan.
Proses modifikasi pati dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu modifikasi fisik, modifikasi kimia dan modifikasi enzimatis. Modifikasi fisik dapat dilakukan dengan cara Pre Gelatinisasi dan Heat Moisture Treatment. Sedangkan modifikasi kimia dapat dilakukan dengan cara hidrolisis asam, substitusi dan croos linking (Koswara Soetrisno. 2009). Setiap jenis teknik modifikasi menghasilkan karakteristik pati yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan. Pada Tabel 1 terdapat beberapa karakteristik pati modifikasi beserta aplikasinya dalam industry pangan.

tabel pati

Sumber :
Betancur-Ancona, D. A., Chel-Guerrero, L. A., Camelo-Matos, R. I., & Da´vila-Ortiz, G. 2001. Physicochemical and functional characterization of baby lima bean (Phaseolus lunatus) starch. Starch/Sta¨ rke, 53, 219–226.
Evans, I. D., & Haisman, D. R. 1997. Rheological of gelatinized starch suspensions. Journal of Texture Studies, 28, 253–257.
Godfrey, T., & West, S. 1996. Industrial enzymology (2nd ed.). London: MacMillan Press Ltd.. pp. 341–351
Koswara Soetrino. 2009. Teknologi Modifikasi Pati. Ebookpangan.com
Kusnandar, Feri. 2010. Teknologi Modifikasi Pati dan Aplikasinya di Industri Pangan. Departemen Ilmu Teknologi Pangan – IPB
Lii, C. Y., Tsai, M. L., & Tseng, K. H. 1996. Effect of amylose content of the rheological properties of rice starch. Cereal Chemistry, 73, 415–420.
Satin Morton. 2000. Functional Properties of Starches. FAO Agricultural and Food Engineering Technologies Service.
(Rani Anggraeni, S.Si, M.Si)