Tanaman berperanan penting sebagai sumber bahan pangan, dan beberapa jenis tanaman sangat dibutuhkan untuk kesehatan manusia. Indonesia kaya akan keragaman tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan. Indonesia dikenal dengan megadiversitas kedua didunia setelah Brazilia. Potensi bahan alami yang dapat digunakan sebagai bahan pangan fungsional sangat perlu digali dan dikembangkanmelalui penelitian biologi, bioteknologi dan teknologi pangan. Pangan yang sehat akan menunjang kesejahteraan Bangsa dan Negara.
Pangan fungsional adalah pangan segar atau olahan yang mengandung senyawa biokatif disamping kandungan gizinya, dan memberikan manfaat terhadap kesehatan dan/atau dapat pencegahan terhadap suatu penyakit, selain fungsi dasarnya sebagai penyedia zat gizi. Pangan fungsional merupakan pengembangan dari ilmu pangan. Sumber bahan pangan fungisional sangat banyak seperti : sumber sayuran ( Daun singkong, Katuk, bayam , kangkung, kacang panjang , Paria, brocoli), rempah-rempah (jahe, kunyit putih,kencur, temulawak, lempuyang, lengkuas).
Tanaman yang berperanan sebagai pangan fungisional memiliki kandungan senyawa seperti serat, prebiotik, probiotik, fitokimia lainnya. Fitokimia yang dimiliki tanaman mempunyai fungsi sebagai aktivitas antioksidan, anti inflamasi, dan meningkatkan system kekebalan tubuh, sehinnga mencegah penyakit tertentu, pemulihan dari suatu penyakit tertentu dan memperlambat penuaan.
Nutraceutical merupakan istilah bagi produk yang mengandung zat gizi tertentu, suplemen makanan dan produk herbal, bisa berupa diet khusus dan makanan olahan seperti sereal, sup maupun minuman. Nutraceutical sering mengacu pada fitokimia atau pangan fungsional merupakan senyawa kimia bioaktif alami yang bermanfaat untuk kesehatan berupa pencegahan penyakit.
Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Jepang mengelompokkan 12 komponen senyawa dalam makanan fungsional (nutrisi dan non-nutrisi): dietary fiber, oligosakarida (prebiotik), gula alkohol, glikosida, protein tertentu, isoflavone, kolin, lechitin, probiotik, asam lemak tak jenuh rantai panjang, fitokimia, dan antioksidan. Komponen tersebut memberikan fungsi fisiologis bagi tubuh sehingga berpengaruh positif terhadap kesehatan. Fungsi fisiologis yang dimaksud antara lain mengantisipasi terhadap timbulnya penyakit, meningkatkan daya tahan tubuh, regulasi kondisi ritme fisik tubuh, mengantisipasi proses penuaan, dan menyehatkan kembali.
Banyak tanaman yang dapat digunakan sebagai minuman herbal fungisional seperti cincau, pandan dan kayu manis. Tanaman herbal keladi tikus, sirih merah, kumis kucing juga juga memiliki potensi sebagai obat. Tanaman keladi tikus sudah sangat banyak diteliti yang bermanfaat sebagai pencegahan kanker. Kumis kucing banyak digunakan untuk membantu menurunkan glukosa darah pada penyakit gula. Sirih merah bermanfaat untuk membantu meredakan batuk dan antikanker.

1.Sirih Merah berperan sebagai Nutraceutical
Tanaman sirih merah (Piper crocatum) merupakan salah satu tanaman obat yang memiliki potensial berhasiat dalam menyembuhkan berbagai penyakit. Sirih merah tergolong sebagai tanaman hias yang berasal dari Peru dan termasuk dalam famili Piperaceae. Keberadaan sirih merah awalnya sebagai tanaman hias daun, namun sirih merah dikembangkan sebagai obat herbal.
Tanaman sirih merah mempunyai manfaat sebagai obat untuk hipertensi (darah tinggi), kanker, dan keputihan. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui manfaat dari sirih merah, diantaranya sebagai hepatoprotektor, antibakteri memperbaiki pankreas yang rusak dan sebagai anti diabetes.
Tanaman sirih merah memiliki kandungan senyawa kimia seperti alkaloid, flavonoid, tanin dan minyak atsiri. Senyawa yang terkandung pada sirih merah ini merupakan metabolit sekunder yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat. Daun merupakan bagian dari sirih merah yang sering diekstrak untuk mendapatkan kandungan senyawa metabolit. Sirih merah memiliki permasalahan dalam pembudidayaan. Tanaman sirih merah dibudidayakan dengan cara vegetatif, yaitu dengan penyetekan, pencangkokan, dan perundukan.
Tanaman sirih merupakan tanaman herbal yang menggandung senyawa metabolit sekunder. Uji fitokimia adalah uji kualitatif yang digunakan untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder dalam sampel. Uji fitokimia tanaman pegagang (Centella asiatica) in vitro dan Tanaman encok (Plumbago zeylanica L.) in vitro memiliki konsentrasi metabolit sekunder yang berbeda dengan tanaman pada lapang.

Untitled

Gambar 1. Sirih merah yang dihasilkan melalui kultur jaringan

2. Kumis kucing berpotensi membantu penderita diabetes melitus
Minuman fungsional berbasis kumis kucing merupakan minuman yang potensial dan menarik untuk dikembangkan. Hal tersebut dikarenakan tanaman kumis kucing telah dikenal oleh sebagian besar masyarakat Indonesia sebagai tanaman obat yang memiliki khasiat bagi kesehatan tubuh, dapat menyembuhkan penyakit, dan biasa tumbuh liar di pekarangan. Minuman fungsional yang berupa ramuan jamu tradisional telah dikenal dan diakui secara luas oleh masyarakat Indonesia. Ramuan jamu ini biasanya terbuat dari tanaman obat dan rempah-rempah yang telah dikenal khasiatnya bagi kesehatan.
Kumis kucing (Orthosiphon aristatus) termasuk tanaman dari famili Lamiaceae atau Labiata. Tanaman ini merupakan salah satu tanaman obat asli Indonesia. Kumis kucing merupakan tanaman herbal tumbuh tegak, batang berbentuk segi empat agak beralur, daun berbentuk bulat telur, lonjong, lanset, agak belah ketupat, ujung runcing, bunga majemuk, tandan terletak diujung cabang. Kumis kucing memiliki banyak peranan dalam memperbaiki kesehatan. Selain obat penyakit diabetes mellitus (kencing manis), Kumis kucing memiliki peranan untuk penyakit batu ginjal, infeksi saluran kencing, batuk, menghilangkan panas, lembab, dan mengobati radang atau bengkak. Menurut Zaheer (1966) simplisia dari tanaman kumis kucing mengandung senyawa kimia yaitu Genkosida orthosifonin, minyak atsiri, saponin, garam kalium yang bermanfaat untuk diuretikum (memperlancar pengeluaran air kemih).

Untitled-2

Gambar 2.Sumber bibit tanaman kumis kucing yang diperbanyak melalui kultur jaringan yang berfungis sebagai pangan fungisional

 

Referensi

Duryatmo, S. 2005. Dulu hiasan kini obat. Trubus: Jakarta.
Kristina, N. N., Kusumah, E. D., & Lailani, P. K. 2009. Analisis fitokimia dan penampilan polapita protein tanaman pegagan (Centella asiatica) hasil konservasi in vitro. Bul. Litro, 1: 11-20.
Safithri, M., & Fahma. 2005. Potensi rebusan daun sirih merah (Piper crocatum) sebagai senyawa antihiperglikemia pada tikus putih galur Sprague dawley. IPB: Bogor.
Sugiharti, N. P. 2007. Aktivitas antibakteri ekstrak daun sirih merah (Piper crocatum). IPB: Bogor.
Sudewo B. 2005. Basmi Penyakit dengan Sirih Merah. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Septiatin A. 2008. Apotek Hidup dari Rempah-rempah, Tanaman Hias, dan Tanaman Liar. Yrama Widya, Bandung.
Sloan, A.E. 2002. The top 10 functional food trends the next generation. Food Technology, 56(4):32.
Werdhany, W. I., Marton, A., & Setyorini, W. 2008. Sirih Merah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta. Yogyakarta.
Windyagiri A. 2006. Potensi hepatoprotektor air rebusan daun sirih merah (Piper crocatum) pada tikus putih hiperglikemia. IPB: Bogor.
Zaheer, S.H. 1966. The Weal of India. Publication and information Directora. CSIR, New Delhi, Vol.VII, 330p.