Green tea atau teh hijau tentu sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat saat ini. Banyak iklan di berbagai media informasi yang menghubungkan antara teh hijau dan kesehatan. Benarkah green tea bermanfaat bagi kesehatan?

Teh hijau sudah banyak dikonsumsi oleh masyarakat di negara-negara Asia sejak berabad-abad lalu. Teh hijau merupakan minuman kedua yang sering dikonsumsi oleh masyarakat di Jepang dan China setelah air putih. Namun, di Indonesia teh hijau ini baru berkembang beberapa waktu lalu. Perkembangan teh hijau di Indonesia juga dihubungkan dengan manfaatnya bagi kesehatan.

Teh hijau mengandung komponen polifenol terutama jenis katekin. Kandungan katekin paling banyak terdapat pada teh hijau dibandingkan dengan teh hitam ataupun teh oolong. Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan proses penanganan setelah daun teh dipanen. Teh hitam adalah teh yang berwarna hitam kecoklatan yang dihasilkan melalui proses fermentasi. Sedangkan teh hijau berwarna hijau dan dihasilkan melalui proses pengukusan cepat untuk menghambat terjadinya fermentasi yang menyebabkan perubahan warna pada daun. Teh oolong sedikit menyerupai teh hitam dan teh hijau, yakni teh yang setengah difermentasi atau fermentasinya dihentikan sebelum prosesnya berlangsung sempurna. Teh oolong berwarna coklat kehijau-hijauan dengan cita rasa yang lebih “kaya” dari teh hijau, tapi lebih “lembut” dari teh hitam.

Katekin merupakan senyawa polifenol yang berfungsi sebagai  antioksidan. Seperti yang sudah kita tahu, antioksidan sangat baik bagi tubuh, karena dapat menetralisir dan menangkap radikal bebas.  Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa terdapat 30% senyawa katekin dalam selembar teh hijau. Radikal bebas tidak hanya dihasilkan dari reaksi biokimia di dalam tubuh, namun juga banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, seperti asap kendaraan bermotor, asap rokok, penguapan alkohol yang berlebihan, bahan pengawet, pupuk, sinar ultra violet, dan lain-lain. Radikal bebas adalah partikel berenergi tinggi yang dihasilkan tubuh dari proses metabolisme yang digunakan untuk membunuh virus dan bakteri. Dalam tubuh, radikal bebas ini berada dalam jumlah yang sangat kecil, namun, jika sudah berada dalam jumlah yang besar maka radikal ini menjadi berbahaya dan dapat menyebabkan berbagai macam penyakit, seperti kanker, jantung koroner, penuaan dini dan sebagainya.

Telah banyak penelitian yang dilakukan untuk mengetahui manfaat kesehatan dari teh hijau. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mukhtar dan Ahmad pada tahun 2000, diketahui bahwa katekin dalam teh hijau dapat mencegah terjadinya kanker kulit, payudara, prostat dan juga paru-paru. Selain itu, teh hijau juga sangat baik untuk mencegah terjadinya penyakit kemunduran saraf, seperti penyakit Alzheimer, juga penyakit Parkinson. Teh hijau juga sangat baik dalam mencegah penyakit-penyakit kardiovaskular (penyakit jantung dan kardiovaskular), berfungsi sebagai antidiabetes dan anti penuaan dini. Semua manfaat yang tersebut diberikan oleh teh hijau karena adanya aktivitas antioksidan yang dimilikinya.

Meskipun memiliki banyak manfaat bagi kesehatan, namun konsumsi teh yang kental dan terlalu banyak bisa menimbulkan  masalah,  terutama bagi mereka yang konsumsi zat besinya rendah. Hal itu disebabkan karena tanin dan polifenol yang terkandung dalam teh dapat mengganggu penyerapan zat besi di dalam tubuh. Tanin dan polifenol akan berikatan dengan zat besi membentuk ikatan kompleks yang tidak larut pada sistem pencernaan manusia. Akibatnya, zat besi tersebut tidak dapat diserap oleh tubuh dan akan dikeluarkan melalui feses yang akhirnya menimbulkan anemia karena kurang zat besi. Namun hal ini bisa diatasi dengan mengkonsumsi teh 2-3 jam setelah makan dan juga meningkatkan konsumsi protein. Selain itu, kandungan tanin yang berlebihan dalam tubuh juga dapat dinetralisir dengan menggunakan vitamin C dan konsumsi makanan seimbang. (Rani Anggraeni, S.Si., M.Si.)